Senin, 22 November 2010

sifat-sifat orang

Yang pertama, kata Florence adalah golongan Sanguinis, “Yang Populer”. Mereka ini cenderung ingin populer, ingin disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni. Mereka senangsekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya bergelombang dan transparan. Pada suatu saat ia berteriak kegirangan, dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis tersedu-sedu.
Namun orang-orang sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi, cenderung berpikir `pendek’, dan hidupnya serba tak beratur. Jika suatu kali anda lihat meja kerja pegawai anda cenderung berantakan, agaknya bisa jadi ia sanguinis. Kemungkinan besar ia pun kurang mampu berdisiplin dengan waktu, sering lupa pada janji apalagi bikin planning/rencana. Namun kalau disuruh melakukan sesuatu, ia akan dengan cepat mengiyakannya dan terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia lakukan. Dengan semangat sekali ia ingin buktikan bahwa ia bisa dan akan segera melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tak lakukan apapun juga.
Lain lagi dengan tipe kedua, golongan melankoli, “Yang Sempurna”. Agak berseberangan dengan sang sanguinis. Cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta, data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja mendominasi pembicaraan, namun orang melankoli cenderung menganalisa, memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah apa yang ia katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara mendalam sekali.
Orang melankoli selalu ingin serba sempurna. Segala sesuatu ingin teratur. Karena itu jangan heran jika balita anda yang `melankoli’ tak `kan bisa tidur hanya gara-gara selimut yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan jangan pula coba-coba mengubah isi lemari yang telah disusun istri `melankoli’ anda, sebab betul-betul ia tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya, klasifikasi pemakaiannya sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu ia tuliskan satu per satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia akan dongkol sekali kalau susunan itu tiba-tiba jadi lain.
Ketiga, manusia Koleris, “Yang Kuat”. Mereka ini suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk atau perintah-perintah orang. Ia tak ingin ada penonton dalam aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa sajaia `suruh’ melalukan sesuatu untuknya. Akibat sifatnya yang `bossy’ itu membuat banyak orang koleris tak punya banyak teman. Orang-orangberusaha menghindar, menjauh agar tak jadi `korban’ karakternya yang suka `ngatur’ dan tak mau kalah itu.
Orang koleris senang dengan tantangan, suka petualangan. Mereka punya rasa, “hanya saya yang bisa menyelesaikan segalanya; tanpa saya berantakan semua”. Karena itu mereka sangat “goal oriented”,tegas, kuat, cepat dan tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada istilah tidak mungkin. Seorang wanita koleris, mau dan berani naik tebing, memanjat pohon, bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia sudah kobarkan semangat “ya pasti jadi…” maka hampir dapat dipastikan apa yang akan ia lakukan akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab ia tak mudah menyerah, tak mudah pula mengalah.
Hal ini berbeda sekali dengan jenis keempat, sang Phlegmatis “Cinta Damai”. Kelompok ini tak suka terjadi konflik, karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, sekalipun ia sendiri nggak suka. Baginya kedamaian adalah segala-galanya. Jika timbul masalah atau pertengkaran, ia akan berusaha mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau merugi sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya nggak terus berkepanjangan.
Kaum phlegmatis kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin. Cenderung diam, kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat menyenangkan. Dengan sabar ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau disuruh untuk mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kalau anda lihat tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu orang yang asyik bicara terus, maka pastilah parapendengar yang berkerumun itu orang-orang phlegmatis. Sedang yang bicara tentu saja sang Sanguinis.
Kadang sedikit serba salah berurusan dengan para phlegmatis ini. Ibarat keledai, “kalau didorong ngambek, tapi kalau dibiarin nggak jalan”. Jadi kalau anda punya staf atau pegawai phlegmatis, andaharus rajin memotivasinya sampai ia termotivasi sendiri oleh dirinya.

Senin, 08 November 2010

Danau kawah


Segara Anak, danau kawah yang berada di kaldera Gunung Rinjani.
Danau kawah (crater lake atau volcanic lake) adalah massa air (danau) yang menutupi permukaan suatu kawah gunung api. Sekitar 12% dari 700-an gunung api yang ada di bumi kawahnya tertutupi oleh massa air. Di Indonesia terdapat beberapa danau kawah, yang terkenal adalah Danau Toba, Kawah Ijen, Kawah Kelud, Segara Anak di Gunung Rinjani, serta kompleks Kelimutu.

Deskripsi fisik dan kimiawi

Keadaan fisik dan kimia danau kawah berbeda-beda, tergantung aktivitas gas magma serta interaksi batuan dengan cairan antara permukaan magma dan situasi di bawah permukaan. Perubahan-perubahan pada kondisi danau menunjukkan dinamika dan kerumitan proses yang terjadi di danau karena berbagai proses fisika dan kimiawi terjadi dalam waktu bersamaan. Danau kawah berfungsi pula sebagai "kondensator" panas dan saringan gas yang keluar dari magma.
Danau kawah yang menutupi kawah aktif biasanya memiliki pH sangat rendah (0—2) sehingga praktis sangat beracun bagi sebagian besar makhluk hidup. Warna danau yang dipengaruhi keluaran gas belerang (H2S dan SO2) biasanya berwarna hijau cerah (seperti di Kawah Ijen). Warna ini dapat berubah sewaktu-waktu menjadi kuning atau putih, tergantung kepekatan gas yang keluar. Gas lain yang dapat dikeluarkan kawah adalah gas klor, fluor, CO serta CO2. Komposisi gas-gas yang terlarut atau bereaksi dengan air dan mineral mengakibatkan perbedaan warna danau, seperti yang mudah terlihat pada kompleks Kelimutu.

Senin, 01 November 2010

buat kamu....

D’Masiv – Apa Salahku
Apa salahku
Kau buat begini
Kau tarik ulur hatiku
Hingga sakit yang ku rasa

Apa memang ini yang kamu inginkan
Tak ada sedikitpun niat ‘tuk serius kepadaku

Katakan yang sebenarnya
Jangan mau tak mau seperti ini

Reff:
Akhirnya kini aku mengerti
Apa yang ada dipikiranmu selama ini
Kau hanya ingin permainkan perasaanku
Tak ada hati tak ada cinta

Apa memang ini yang kamu inginkan
Tak ada sedikitpun niat ‘tuk serius kepadaku

Katakan yang sebenarnya
Jangan mau tak mau seperti ini

Back to Reff: 2x
A. KOMPONEN SISTEM PEREDARAN DARAH
I.    DARAH
Pengertian  darah
Darah adalah jaringan terspesialisasi yang mencakup cairan kekuningan atau plasma darah yang didalam nya terkandung sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari sel darah merah ( eritrosit ), sel darah putih (leukosit ) dan keping darah ( trombosit ).
Komposisi plasma dalam darah sekitar 55 %, sedangkan sel-sel darah dan trombosit sekitar 45 % l.
Sel dan keping darah lebih berat dibandingkan plasma sehingga dapat di pisahkan melalui prosedur yang di sebut sentrifugasi. ( Marieb 2004; Solomonet al.2005 ).
Fungsi darah :
  1. Mengangkut oksigen ke jaringan di seluruh tubuh
  2. Mengangkut sari-sari makanan keseluruh tubuh
  3. Mengangkut sisa-sisa metabolisme, seperti karbon dioksida, urea,dan asam laktat kealat ekskresi.
    1. Mengedarkan hormon dari kelenjar hormon ketempat yang membutuhkan.
    2. Mengatur pH tubuh, mengatur suhu tubuh, melawan bibit penyakit serta melakukan mekanisme pembekuan darah.
    3. a. Plasma darah
Pada manusia, plasma darah mengandung sekitar 92 % air, 8 % protein,dan senyawa organik lainnya.selain itu juga garam anorganik, terutama Nacl.
19 gunung ikuti Merapi

JAKARTA ? Selain Gunung Merapi, masih ada 21 gunung api tipe A yang status keamanannya tidak normal. Saat ini ada 18 gunung berstatus waspada, dua siaga, dan satu berstatus awas.

Kepala Sub Bidang Pengamatan Gunung Berapi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ES DM), Agus Budianto, mengatakan, 18 gunung berstatus waspada itu adalah Gunung Sinabung Karo Sumatera Utara, Gunung Talang Solok Sumatera Barat, Gunung Anak Krakatau Lampung, Gunung Papandayan Garut Jawa Barat, Gunung Slamet Tegal Jawa Tengah, Gunung Dieng Wonosobo Jawa Tengah, Gunung Semeru Lumajang Jawa Timur, dan Gunung Bromo Probolinggo Jawa Timur.

Lalu Gunung Kaba Bengkulu, Gunung Kerinci Jambi, Gunung Batur Bali, Gunung Rinjani Lombok NTB, Gunung Sangeang Api Bima NTB, Gunung Rokatenda Flores NTT, Gunung Egon Sikka NTT, Gunung Soputan Minahasa Selatan Sulut, Gunung Lokon Tomohon Sulut, Gunung Gamalama Ternate, Maluku Utara, dan Gunung Dukono Halmahera Utara, Maluku Utara. Sedangkan 2 Gunung yang berstaus siaga adalah Gunung Karangetang Sulut dan Gunung Ibu Halmahera Barat, Maluku Utara. Sedang gunung berstatus awas yakni Gunung Merapi di Sleman Yogyakarta.

“Ada 21 yang statusnya waspada hingga awas, dari 68 gunung api bertipe A yang kami pantau,” kata Agus saat dihubungi Jumat (29/10) kemarin.

Gunung tipe A merupakan gunung yang pernah bererupsi sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600. Sedang gunung tipe B sesudah tahun 1600 tidak lagi mengalami erupsi. Gunung tipe C erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia atau tidak ada catatan letusan.

“Ini kami sampaikan agar masyarakat lebih waspada karena gunung-gunung itu sering didaki. Juga sering untuk jalan-jalan, banyak aktivitas warganya. Dengan pemberitahuan ini agar diperhatikan jika ada hembusan panas,” katanya.

Status bahaya level I atau aktif normal artinya berdasarkan pengamatan visual, kegempaan dan gejala vulkanik lain, tidak memperlihatkan adanya kelainan. Level II atau waspada berarti ada peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan, dan gejala vulkanik lain.

Di level III atau siaga, terjadi peningkatan pengamatan kawah secara visual, kegempaan dan lainnya yang saling mendukung. Sedang level 4 atau awas letusan awal mulai terjadi berupa abu/ asap yang akan diikuti letusan utama.

Menurut Agus, untuk Semeru hingga saat ini masih dalam pembentukan kubah lava. Selain itu juga kerap terjadi letusan kecil tapi tidak berbahaya. Meski demikian akan sangat berbahaya bila ada manusia yang mendekat ke arah kawah.

Dia mengatakan, kubah lava merupakan magma yang keluar berbentuk kubah. Magma yang keluar ke permukaan bumi membeku dan membentuk kubah di puncak gunung dan terkadang diikuti guguran lava pijar serta hujan abu.

“Ini masih mirip-mirip Merapi sedikit. Bedanya kalau model Merapi kita?jarang melihat aktivitas letusan terus menerus. Kalau Semeru? sering tapi tidak berbahaya,” katanya.

Kondisi Semeru saat ini juga berbeda dengan tahun 2009 lalu. Saat itu gunung api ini berstatus “siaga” atau di level tiga. Lalu Kamis pagi sekitar pukul 08.00 WIB kawah Semeru menyemburkan abu dan material sampai ketinggian 800 meter.

Sedang pada 2009 terjadi letusan tiap 10-15 menit, tanpa adanya peningkatan aktivitas lava dan awan panas. Letusan kecil masih terjadi tapi tak sesering pada tahun 2009. Meski demikian, masyarakat diminta tak mendekati puncak Semeru, Mahameru. “Dilihat dari aktivitas tremor, trennya memang ada kenaikan. Tapi masih dalam status waspada,” tambah dia.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur pun kini bersiaga mensosialisasikan status baru Semeru ke masyarakat, dan memastikan sarana dan prasarana mencukupi, sebagai upaya mengantisipasi kondisi terburuk.

BPBD Jatim siaga

Namun demikian hingga saat ini belum ada larangan untuk pendakian. Status waspada ini membuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim menyatakan siaga. Salah satunya BPBD Jatim makin gencar menggelar sosialisasi pengamanan diri terhadap warga seputar Gunung Semeru dan simulasi cara mengevakuasi diri saat bencana terjadi. Apalagi, Merapi di Yogyakarta telah erupsi dan menyebabkan puluhan korban tewas. “Statusnya kan masih waspada, jadi belum ada larangan bagi para pendaki, termasuk evakuasi warga,” ujar Siswanto Kepala BPBD Provinsi Jatim, Jumat (29/10) kemarin.

Gunung Semeru, kata Siswanto, merupakan salah satu objek wisata di Jatim dengan puncaknya yang tertinggi bernama Mahameru. Otamatis, keindahan alamnya membawa daya tarik tersendiri bagi sejumlah pendaki. Namun, sejak ada letusan gunung Merapi, kian membuat Semeru mengkhawatirkan, sebab kondisi gunung Semeru termasuk kategori gunung berapi aktif.


Namun dia menegaskan, status waspada di Gunung Semeru tidak berbahaya. Hanya saja, imbas dari letusan Gunung Merapi tersebut membuat peningkatan status sejumlah gunung berapi di Jatim. Seperti, Gunung Kelud di Kediri dan Gunung Bromo di Probolinggo.

Langkah yang diambil oleh BPBD adalah memberikan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di sekitar gunung-gunung tersebut. Pihaknya akan melakukan evakuasi masyarakat sekitar jika sudah ada peningkatan status dari waspada ke awas. “Jika nanti status sudah awas, baru kami akan lakukan evakuasi, selama ini hanya sosialisasi saja. Sudah disosialisasikan ke masyarakat soal status waspada, sehingga diharapkan bisa mengurangi jumlah korban,” jelasnya

Selain itu, pihaknya juga melakukan evaluasi dan memastikan sarana prasarana pendukung apakah mencukupi. Seperti lokasi penampungan, puskesmas, angkutan transportasi, dan ketersediaan masker. Bahkan BPBD sudah menyiapkan pusat informasi bencana di kantor Jl Ahmad Yani Surabaya. Tim ini terdiri dari beberapa elemen dan bekerja selama 24 jam. Hanya saja data yang ada di pusat informasi tersebut masih belum maksimal, karena belum link langsung ke kabupaten/kota.

Untuk kawasan Semeru, ada beberapa wilayah yang rawan bencana. Misalnya, di Kabupaten Lumajang ada di Kecamatan Pranojiwo dan Kecamatan Candipuro yang terkena imbas langsung hujan batu dan kerikil. Jika terjadi letusan maka akan diungsikan ke batas kecamatan Pranojiwo sebelah timur sejauh 10 km. Sedangkan Kecamatan Pasirian, Kecamatan Pasru Jambi dan Kecamatan Tempur Sari masuk dalam kawasan waspada aliran sungai lahar. Sedangkan di Malang, kewaspadaan ada di Kali Ampel Gading yang rawan banjir lahar.

Siswanto mengatakan, pihaknya juga bekerjasama dengan warga untuk menyiapkan kendaraan untuk evakuasi harta benda serta manusia. Di tiap kecamatan kini sudah disiapkan 100 truk serta menyiapkan tenda-tenda untuk pengungsi, masjid maupun sekolahan sebagai lokasi mengungsi. Selain kesiapan sarana dan prasarana, pihaknya juga sudah mengalokasikan anggaran on- call sebesar Rp 2 miliar. “Kalau kurang kami akan ajukan tambahan ke gubernur,” pungkasnya.

Jaga jarak 2 km

Sementara itu Gunung Anak Krakatau, kata Agus,? kerap mengeluarkan lava pijar dengan volume kecil dan tidak membahayakan. Aktivitas Krakatau terjadi sejak 2007 sampai saat ini. Letusan kecil kerap terjadi. “Lava pijar di Krakatau itu sudah sering terjadi. Tidak berbahaya karena permukiman terdekat jaraknya sekitar 46 kilometer,” ujar Agus.

Status waspada gunung ini sejak 31 Oktober 2009 lalu. Dalam status ini, warga diminta menjaga jarak aman sejauh 2 kilometer dari anak gunung tersebut.

“Gunung Anak Krakatau sedang masa membangun. Erupsinya bersifat strombolian sehingga mengeluarkan abu vulkanik. Jadi masyarakat dimohon tidak mendarat atau mendekatinya di radius 2 kilometer,” ujar Kepala Pengamatan Gunung Api Daerah Barat PVMBG Kementerian ESDM Hendrasto saat dihubungi Jumat kemarin.

Letusan Krakatau yang hebat pada 1883 menyisakan kaldera atau kawah besar di Selat Sunda. Tepi kawahnya dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang, dan Pulau Sertung. Pada 1927 kemudian muncul anak dari Gunung Krakatau di kaldera tersebut.

“Dari Pasauran (daerah di Banten) kalau cuaca cerah, di siang hari asapnya terlihat. Kalau angin mengarah ke situ, letusannya juga terdengar. Dua hari lalu ada tim yang menyeberang ke sana (Pasauran) untuk mengamati,” lanjut Hendrasto.

Selain abu, anak gunung itu juga melontarkan material pijar. Saat malam hari dan cuaca cerah, lontaran material pijar ini memang terlihat sangat indah. Karena itu banyak warga dan turis asing yang ingin menyaksikan pemandangan itu. Namun sudah sejak jauh hari telah diberi peringatan agar tidak mendekati objek.

“Dari Pulau Sertung, keindahannya ini bisa dilihat. Sertung sekitar 4 km dari lokasi sehingga aman. Aktivitas nelayan dan penyeberangan juga masih tetap bisa berlangsung seperti biasa asalkan menjaga jarak aman 2 km itu,” terang Hendrasto.

Dia mengingatkan agar warga tidak mengamati letusan Gunung Anak Krakatau dari Pulau Panjang dan Rakata. Sebab kedua pulau itu agak curam sehingga berbahaya. “Biasanya banyak yang penasaran jadi pada mendekat. Tapi tolong perhatikan jarak 2 km itu,” imbaunya.

Hendrasto menuturkan, bila gunung api sering melepaskan energi justru bagus. Ibaratnya seperti orang sakit perut, kalau sudah buang air besar maka akan merasa lega. Begitu pula dengan anak gunung yang telah mencapai ketinggian sekitar 230 meter dari permukaan air laut ini.

“Kalau ada gangguan keseimbangan maka magma naik ke atas, lalu gas terkumpul lagi. Ini tipenya strombolian, jadi saat melontarkan material pijar kayak kembang api dan kelihatan merah,” katanya.

Setiap gunung api aktif, setelah meletus akan meletus lagi, meskipun punya masa istirahat. Begitu pula dengan Gunung Anak Krakatau yang punya kecepatan pertumbuhan ketinggian sekitar 20 inci per bulan ini. Karena masih dalam masa pembangunan, anak gunung ini memang sering kali terjadi letusan kecil.

Pada 17 Oktober, dalam sehari ada 45 kali letusan. Lalu selama beberapa hari letusan itu menghilang. Hingga pada 23 Oktober muncul dua kali letusan. Dan pada 24 Oktober ada 89 kali. “Pada tanggal 25 ada 126, tanggal 26 ada 182, tanggal 27 ada 101, dan 28 kemarin ada 117 letusan,” katanya. Ada kekhawatiran warga aktivitas anak gunung ini akan memicu tsunami di perairan Selat Sunda. Namun Hendrasto mengaku tidak melihat kemungkinan itu. “Tidak ada tanda-tanda itu,” katanya.